Window Dressing – Dampak ke Saham, Contoh, dan Cara Deteksi
Apa itu window dressing? Window dressing adalah strategi yang dijalankan manajer investasi guna mempercantik portofolio sebelum dipresentasikan kepada klien atau pemegang saham.
Dengan kata lain, pengertian window dressing adalah aksi yang dilakukan perusahaan guna memoles laporan keuangan mereka.
Untuk melakukan strategi investasi ini, umumnya manajer investasi akan menjual saham-saham dengan kerugian besar, lalu membeli saham dengan harga yang tinggi pada akhir tahun.
Saham dengan harga tinggi inilah yang kemudian akan dilaporkan pada pemegang saham sebagai portofolio dari manajer investasi yang berkaitan.
Efek window dressing
Umumnya strategi investasi memang dilakukan hampir semua manajer investasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan dana pada akhir tahun.
Kinerja tahunan ini sendiri merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai acuan dalam menilai kinerja suatu reksa dana.
Tak heran jika manajer investasi mencoba mengangkat nilai saham yang dimiliki agar pada penutupan kinerja tahunan menjadi jauh lebih baik.
Aksi ini yang dilakukan hampir semua manajer investasi ini akhirnya memberikan efek pada indeks harga saham.
Biasanya indeks harga saham akan mengalami tren kenaikan pada akhir tahun dan ini adalah efek dari adanya aksi tersebut.
Meski begitu perlu dicatat bahwa efek aksi ini ini biasanya hanya bersifat jangka pendek saja.
Artinya, jika kinerja keuangan suatu perusahaan buruk dalam jangka panjang atau menengahnya, hal tersebut akan tetap terbaca meskipun pada akhir tahun kinerjanya terbantu oleh adanya strategi investasi ini.Â
Cara kerja window dressing dan contohnya
Pada akhir tahun, banyak perusahaan terbuka akan berlomba untuk membuat rekayasa laporan rugi laba sehingga yang terlihat akan lebih baik daripada faktanya.
Window dressing dilakukan dengan memanfaatkan trik akuntansi sehingga dapat menyajikan informasi bahwa seolah perusahaan mengalami keuntungan atau laba padahal sebenarnya mereka menghadapi kerugian.Â
Perusahaan juga bisa membuat seolah mereka mendapatkan profit besar walaupun pada dasarnya profit yang dihasilkan kecil. Hal ini ditujukan untuk menarik minat investor agar tertarik membeli saham perusahaan tersebut.Â
Contoh kasusnya pernah dilakukan salah satu maskapai BUMN. Perusahaan tersebut diduga melakukan window dressing pada laporan keuangan tahun 2018.
Window dressing yang dilakukan ini membuat kesan seolah perusahaan maskapai tersebut menghasilkan laba, padahal sebenarnya tengah merugi.Â
Tak hanya itu, strategi ini juga dimanfaatkan pengelola investasi untuk mempercantik hasil reksa dana sehingga hasil laporan yang dibuat akan menampilkan hasil yang positif.
Tujuannya adalah sudah pasti menciptakan citra baik yang akan membuat nasabah semakin percaya pada jasa yang mereka tawarkan.
Contoh window dressing dengan melakukan trik akuntansi, yaitu:
- Menunda pembagian keuntungan yang menjadi hak nasabah sehingga saldo akhir akan terlihat lebih tinggi.Â
- Tawaran diskon awal pada nasabah sehingga mereka bisa mendapatkan pendapatan lebih awal.
- Jumlah utang tak tertagih yang ditampilkan sangat rendah sehingga angka piutang akan terlihat lebih besar.
- Penukaran penyusutan dipercepat dengan penyusutan garis lurus. Hal ini guna mengurangi adanya penyusutan yang akan dibebankan pada pengeluaran saat ini.
- Obral aset tetap yang mengalami penyusutan nilai sehingga menciptakan kesan bahwa ada kluster aset baru dari nilai bersih aset yang tersisa.
- Penundaan pembayaran tagihan nasabah sehingga pengeluaran bisa masuk pada periode selanjutnya.
Cara deteksi window dressing
Jika pada akhir tahun nanti kamu menemukan indikasi adanya kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meskipun tidak ada sentimen positif apa pun, kamu bisa curiga bahwa mungkin ini adalah salah satu efek dari strategi ini.
Umumnya indeks harga saham memang bisa mengalami kenaikan jika terdapat sentimen positif yang bisa memengaruhi harga saham.
Jadi, jika sentimen ini pun tidak ada, tapi IHSG menunjukkan kenaikan, bisa jadi ini memang tanda adanya window dressing.
Strategi ini yang dilakukan manajer investasi memang bisa memberikan efek pada IHSG. Ini karena mereka umumnya akan membeli saham-saham unggulan yang menjadi salah satu roda penggerak IHSG pada periode tersebut.
Alhasil, permintan pada saham unggulan pun akan meningkat dan memberikan efek kenaikan harga saham tersebut.
Kapan terjadinya window dressing?
Fenomena window dressing umumnya terjadi pada akhir kuartal yang mana saat-saat tersebut adalah waktu bagi perusahaan untuk merilis laporan keuangan mereka pada publik.
Laporan keuangan kuartalan ini biasanya rilis pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Akan tetapi, efek dari aksi ini justru akan muncul pada bulan setelahnya, yaitu bulan April, Juli, Oktober, dan Januari.Â
Nah, satu hal yang perlu kamu ketahui adalah bahwa aksi ini yang paling signifikan ada di bulan Desember. Itu berarti memberikan efek besar pada harga saham pada bulan Januari.
Inilah kemudian yang disebut dengan January Effect yang mana harga saham akan mengalami penguatan hingga bulan Januari.
Plus minus investasi saat window dressing
Melakukan investasi pada saat terjadi fenomena aksi ini akan memberikan sisi baik dan buruk bagi investor.
Efek baiknya adalah jika investor berhasil mendeteksi adanya window dressing dan berhasil membeli beberapa saham.
Kemungkinan besar investor akan berhasil mendapatkan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang cukup singkat.
Hal ini karena umumnya strategi investasi ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang pendek, yaitu beberapa minggu saja.
Akan tetapi, berinvestasi pada saat aksi ini berlangsung juga memiliki risiko.
Harga saham unggulan memang biasanya memiliki harga yang cukup tinggi dan ini membuat investor harus menyediakan modal yang cukup besar juga.
Belum lagi investor juga harus berhadapan dengan ketidakpastian dalam investasi yang mana ada banyak isu yang mungkin dapat memengaruhi harga efek pada saat terjadinya aksi ini.
Alih-alih menguat, sering kali pada periode ini justru IHSG bisa mengalami anjlok akibat adanya sentimen negatif.
Itulah mengapa investor juga harus jeli dalam menganalisis kondisi teknikal dan fundamental perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli saham mereka pada periode tersebut.
Apakah window dressing diperbolehkan?
Sekilas mungkin window dressing tampak seperti sebuah kebohongan yang dapat menyesatkan investor. Akan tetapi, sebenarnya apakah strategi investasi ini ini diperbolehkan?
Ada dua dasar yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
Berdasarkan Undang-Undang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tindakan window dressing sebenarnya tidak dapat dibenarkan dan sudah masuk dalam pelanggaran karena tidak mengedepankan prinsip keterbukaan.
Hal ini juga sejalan dengan BAB XI Undang-Undang Pasar Modal yang berisi tentang manipulasi pasar, menipu, serta perdagangan orang dalam sebab di dalamnya terdapat pelaporan yang tidak menerangkan fakta material sehingga hal ini dapat menyesatkan publik.Â
Adanya strategi ini sebenarnya juga telah melanggar syarat sah perjanjian menurut pasal Pasal 1320 KUH Perdata.
Pada saat investor melakukan kesepakatan untuk menanamkan modal secara tidak langsung perusahaan telah melakukan penipuan melalui laporan keuangan.
Sementara sanksi dari pelanggaran praktik ini terdapat dalam Pasal 102, Pasal 104, Pasal 107, dan Pasal 111 Undang-Undang Pasar Modal.
Berdasarkan Ushul Fiqh
Jika didasarkan pada Ushul Fiqh, tindakan window dressing adalah sesuatu yang dilarang sebab mengandung unsur spekulasi.
Dalam hal ini, spekulasi dapat berupa mengelabui publik melalui laporan keuangan yang tidak terbuka yang mana tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan atau menghindari kerugian.Â
Dalam Islam, window dressing diqiyaskan dengan âkhidaâ atau kegiatan menipu dan ini adalah hal yang haram sebab dapat menyesatkan orang lain.
Adanya Fatwa DSN-MUI Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah pada Pasal 9 juga memperkuat larangan praktik window dressing tersebut.Â
FAQ
Apakah window dressing diperbolehkan?
Menurut Undang-Undang dan Ushul Fiqh, strategi ini tidak diperbolehkan karena mengandung unsur spekulasi yang dapat menyesatkan publik.
Apa itu efek window dressing?
Window dressing adalah sebuah strategi yang dijalankan manajer investasi guna mempercantik portofolio sebelum dipresentasikan pada klien atau pemegang saham.
Kenapa ada window dressing dalam laporan keuangan?
Adanya window dressing bertujuan untuk mempercantik laporan keuangan agar tidak terbaca adanya kerugian besar sehingga publik membaca adanya profit yang besar pada perusahaan terkait. Tujuannya adalah untuk menarik minat investor agar mau berinvestasi pada perusahaan tersebut.