Diabetes Insipidus – Gejala, Penyebab, dan Biaya Pengobatan
Apa yang dimaksud dengan diabetes insipidus? Penyakit diabetes insipidus adalah kondisi abnormal atau kelainan yang menyebabkan cairan dalam tubuh menjadi tidak seimbang.
Efeknya adalah penderita akan menjadi lebih sering buang air kecil disertai rasa haus yang berlebih.
Kelainan ini dapat menyebabkan waktu tidur malam hari si penderita menjadi terganggu. Bahkan, penderita juga bisa mengompol atau buang air di tempat tidur tanpa sadar.Â
Lalu, apa yang kamu ketahui tentang diabetes melitus dan diabetes insipidus? Sekilas diabetes melitus dan diabetes insipidus mungkin memang memiliki gejala yang hampir mirip.
Akan tetapi, baik penyebab penyakit diabetes insipidus maupun diabetes melitus, keduanya ternyata memiliki perbedaan.
Penyakit diabetes insipidus terjadi karena kekurangan hormon antidiuretik yang berasal dari hipotalamus dan adanya kelainan pada ginjal.
Hal ini bisa terjadi karena adanya kerusakan hipotalamus atau bisa juga kerusakan di pituitari.Â
Berbeda dengan diabetes melitus yang ternyata terjadi akibat meningkatnya kadar gula darah atau hiperglikemi yang dipicu kekurangan hormon insulin, baik relatif maupun absolut.
Dari sini jelas, perbedaan diabetes melitus dan diabetes insipidus ternyata terletak pada faktor penyebab atau pemicunya.
Diabetes insipidus sendiri masih terbagi lagi menjadi beberapa jenis: nephrogenic diabetes insipidus atau diabetes insipidus nefrogenik dan diabetes insipidus kranial.
- Diabetes insipidus nefrogenik adalah gangguan fungsi ginjal yang disebabkan kelainan struktur ginjal sehingga tidak dapat merespon ADH dengan baik.
- Diabetes insipidus kranial disebabkan kekurangan hormon antidiuretik akibat kerusakan pada hipotalamus yang bisa dipicu tumor otak, infeksi otak, kelainan genetik, dan faktor lainnya.
Nah, untuk lebih memahami mengenai apa itu diabetes insipidus, ciri-ciri penyakit diabetes insipidus, gejala penyakit diabetes insipidus, ataupun cara mencegah diabetes insipidus, mari kita simak ulasan berikut!
Gejala diabetes insipidus
Gejala atau ciri diabetes insipidus bisa berbeda antara penderita dewasa dan anak-anak. Pada penderita dewasa, gejala diabetes insipidus bisa berupa:
- Jumlah urine yang terlalu banyak, bahkan jika penderita mengonsumsi banyak cairan, jumlah urine bisa mencapai 15 liter.
- Rasa haus yang sangat berlebihan sehingga membuat penderita merasa harus banyak minum.
- Sering ngompol.
- Istirahat atau tidur malam yang kurang akibat sering buang air kecil.
Pada penderita diabetes insipidus anak-anak, gejala yang sering muncul biasanya:
- Kesulitan tidur.
- Sering menangis dan sulit untuk ditenangkan.
- Demam.
- Diare.
- Muntah.
- Berat badan yang terus turun.
- Pertumbuhan anak terpantau melambat.
- Tidak nafsu makan.
- Rasa lelah terus-menerus.
- Sering ngompol.
Beberapa gejala di atas mungkin memang bisa menunjukkan adanya penyakit diabetes insipidus dalam tubuh seseorang.
Akan tetapi, tentu dibutuhkan diagnosis dari dokter untuk memastikan, apakah gejala yang muncul benar karena penyakit diabetes insipidus atau justru karena ada faktor atau penyakit lainnya.Â
Penyebab diabetes insipidus
Penyakit diabetes insipidus adalah kelainan yang dapat membuat seseorang sering buang air kecil dan sering merasa haus.
Lalu, mengapa penderita diabetes insipidus mengeluarkan banyak urine?
Seperti disebutkan sebelumnya, penyakit diabetes insipidus disebabkan karena adanya kekurangan hormon antidiuretik dan kelainan pada ginjal.
Selain hal tersebut, rupanya diabetes insipidus juga terjadi karena adanya gangguan pengiriman sinyal haus atau bisa juga terjadi pada ibu hamil lantaran adanya enzim yang merusak ADH.Â
Penyebab yang berbeda pada kasus diabetes insipidus juga menyebabkan jenis penyakit yang berbeda. Berikut ini adalah ulasan mengenai beberapa jenis diabetes insipidus berdasarkan penyebab terjadinya.
1. Diabetes insipidus gestasional
Diabetes insipidus gestasional adalah jenis penyakit diabetes insipidus yang terjadi hanya pada ibu hamil. Pada kasus ini, diabetes insipidus disebabkan plasenta yang menghasilkan enzim tertentu yang dapat merusak ADH.
Adanya peningkatan produksi prostaglandin pada ibu hamil juga bisa membuat ginjal menjadi kurang sensitif terhadap ADH.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan ginjal mengalami gangguan sehingga terjadilah ketidakseimnbangan cairan yang mengakibatkan penderitanya jadi sering buang air.
Penyakit diabetes insipidus gestasional umumnya tidak selalu menyerang setiap ibu hamil.
Meskipun terjadi, biasanya penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya setelah melahirkan. Namun, ada kemungkinan kambuh pada kehamilan selanjutnya.
2. Diabetes insipidus dipsogenic
Diabetes insipidus dipsogenik adalah jenis diabetes insipidus yang disebabkan adanya gangguan pada pengiriman sinyal rasa haus dari otak.
Adanya gangguan ini membuat seseorang akan terus minum melebihi kebutuhan tubuh mereka sehingga muncul ketidakseimbangan cairan yang mengakibatkan seseorang sering buang air kecil.
Pada kasus ini, penderita diabetes insipidus dapat disebabkan beberapa hal, seperti:
- Infeksi atau peradangan.
- Operasi otak.
- Cedera di bagian kepala.
- Tumor otak.
- Gangguan mental semisal skizofrenia.
3. Diabetes insipidus nephrogenic
Penyakit diabetes insipidus nefrogenik ini terjadi akibat adanya kelainan struktur ginjal yang menyebabkan ginjal seseorang tidak dapat merespons ADH dengan baik.
Umumnya diabetes insipidus nefrogenik ini terjadi akibat adanya kelainan genetik sejak lahir atau kerap juga dikenal dengan congenital nephrogenic diabetes insipidus.
Namun, diabetes insipidus nefrogenik juga bisa muncul ketika dewasa karena adanya penyakit atau faktor lain, misalnya:
- Saluran kemih yang tersumbat.
- Hipokalemia atau kalium yang berlebih.
- Hiperkalsemia atau kalsium yang berlebih.
- Efek samping dari penggunaan litium dalam jangka waktu yang cukup panjang.
- Penyakit ginjal kronis.
4. Diabetes insipidus kranial
Diabetes insipidus kranial atau sering juga disebut diabetes insipidus sentral terjadi karena rusaknya hipotalamus atau kelenjar pituitari.
Hipotalamus adalah bagian otak yang bertugas menghasilkan ADH, sedangkan kelenjar pituitari adalah organ yang digunakan untuk menyimpan ADH tersebut.
Pada kasus ini, penderita diabetes insipidus banyak buang urine dapat disebabkan terganggunya produksi ADH karena adanya kerusakan hipotalamus atau kelenjar pituitari akibat:
- Operasi otak atau kelenjar pituitari.
- Tumor otak.
- Stroke atau tenggelam yang mengakibatkan kerusakan otak karena kekurangan aliran darah dan oksigen.
- Mengalami cedera kepala berat.
- Infeksi otak, misalnya ensefalitis atau meningitis.
- Autoimun adalah kondisi yang mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan justru menyerang sel sehat yang bertugas memproduksi ADH.
Pengobatan diabetes insipidus
Pengobatan diabetes insipidus tentu akan berbeda tergantung pada penyebab atau jenisnya. Beberapa tindakan pengobatan yang dilakukan dokter untuk mengatasi penyakit diabetes insipidus, yaitu:
1. Diabetes insipidus gestasional
Sebetulnya, jenis diabetes insipidus ini bisa sembuh dengan sendirinya ketika ibu hamil sudah melahirkan.
Namun, dokter mungkin akan memberikan obat berupa desmopressin selama masa kehamilan berlangsung guna membantu meringankan gejala.
Obat desmopressin merupakan obat yang memiliki fungsi seperti hormon antidiuretik. Obat ini bisa membantu tubuh untuk mengendalikan produksi urine, mencegah terjadinya dehidrasi, dan menjaga kadar cairan dalam tubuh.
2. Diabetes insipidus dipsogenik
Pengobatan diabetes insipidus dipsogenik biasanya akan disesuaikan dengan pemicunya.
Misalnya saja, jika terjadi akibat penyakit mental, dokter mungkin akan merujuk pasien ke psikolog agar masalah pemicunya selesai lebih dulu.
Untuk pasien lainnya, dokter mungkin akan meresepkan obat jenis desmopressin dengan dosis yang cukup rendah serta menganjurkan pasien untuk sering menghisap permen untuk membantu mengurangi rasa ingin minum.Â
3. Diabetes insipidus nefrogenik
Beberapa tindakan pengobatan untuk penderita diabetes insipidus nefrogenik mungkin berkaitan dengan diet, misalnya pasien akan diminta untuk membatasi konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi agar produksi urine dapat berkurang.
Jika pasien sering buang air kecil, harus tetap diimbangi dengan konsumsi air putih agar tidak mengalami dehidrasi.
Untuk meredakan gejala yang dirasakan pasien, dokter mungkin akan memberikan beberapa resep obat, misalnya amiloride, hydrochlorothiazide atau indomethacin.
Obat-obatan ini berfungsi untuk mengurangi produksi urine sehingga diharapkan frekuensi buang air juga berkurang.
4. Diabetes insipidus kranial
Penderita diabetes insipidus kranial yang cukup berat biasanya akan mendapatkan obat desmopressin.
Meski begitu, pemberian obat ini bisa juga memberikan efek samping berupa penumpukan cairan dalam tubuh serta rendahnya kadar sodium dalam darah.
Karena itu, pasien tidak boleh sembarangan dalam mengonsumsi obat ini dan harus sesuai dengan anjuran dan aturan dokter.
Biaya pengobatan diabetes insipidus
Beberapa penderita diabetes memang tidak membutuhkan pengobatan yang intensif mereka hanya diminta untuk melakukan diet makan atau minum.
Untuk kasus pasien yang mendapatkan resep obat desmopressin, harga obat tersebut adalah sekitar Rp1,5 juta (bisa lebih tinggi atau lebih rendah tergantung daerah masing-masing).
Jika pasien yang menderita diabetes insipidus diharuskan untuk menjalani pengobatan dengan psikolog atau psikiater, umumnya biaya pengobatan rata-rata di Indonesia adalah sekitar Rp150 ribu-Rp350 ribu untuk setiap sesi pertemuan.
Biaya ini tentu saja belum termasuk biaya konsul dokter yang biasanya berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp250 ribu tergantung lokasi dan rumah sakit.Â
Apakah asuransi menanggung biaya pengobatan diabetes insipidus?
Biaya pengobatan untuk penyakit diabetes insipidus bisa jadi ditanggung asuransi kesehatan, bisa juga tidak. Hal ini tergantung produk asuransi apa yang digunakan pasien.
Untuk pasien yang menggunakan asuransi milik negara atau kita kenal dengan BPJS, pemerintah memberikan subsidi untuk biaya pengobatan penyakit diabetes.
Namun, tentu saja proses pengobatan menggunakan BPJS harus mengikuti alur dan aturan yang sudah ditetapkan pemerintah.
Pada beberapa produk asuransi swasta, penyakit diabetes sendiri memang masuk dalam golongan penyakit kritis yang tidak mendapatkan pertanggungan melalui asuransi dasar.
Kamu setidaknya harus memiliki produk asuransi penyakit kritis agar mendapat pertanggungan biaya pengobatan dari pihak perusahaan asuransi.Â
Meski begitu, saat ini justru sudah banyak asuransi yang ditujukan khusus untuk memberikan pertanggungan bagi penyakit diabetes.
Karena itu, lakukan survei dan buatlah pertimbangan produk asuransi terbaik mana yang akan kamu beli, terutama jika kamu menginginkan adanya pertanggungan terhadap penyakit diabetes di kemudian hari.
FAQ
Diabetes insipidus karena kekurangan hormon apa?
Diabetes insipidus terjadi akibat tubuh kekurangan hormon antidiuretik yang bertugas untuk mengatur jumlah air yang akan diserap kembali oleh ginjal ketika proses penyaringan limbah dari darah.
Apa perbedaan antara diabetes melitus dan diabetes insipidus?
Penyakit diabetes insipidus terjadi karena kekurangan hormon antidiuretik yang berasal dari hipotalamus dan adanya kelainan pada ginjal.
Hal ini bisa terjadi karena adanya kerusakan hipotalamus atau bisa juga kerusakan di pituitari.
Sementara diabetes melitus yang ternyata terjadi akibat meningkatnya kadar gula darah atau hiperglikemia yang dipicu kekurangan hormon insulin, baik relatif maupun absolut.
Diabetes insipidus, apakah berbahaya?
Bahaya terbesar yang dapat diakibatkan diabetes insipidus adalah dehidrasi. Di sisi lain penderita yang mengonsumsi terlalu banyak air juga dapat mengakibatkan keracunan air.
Penyakit diabetes insipidus ini tetap saja bisa membahayakan penderitanya jika tidak ditangani dengan tepat.