Hipertensi Primer – Gejala dan Perbedaannya dengan Sekunder
Tekanan darah adalah kekuatan darah terhadap dinding arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Kalau kekuatan darah lebih kuat dari yang seharusnya, kondisi inilah yang disebut sebagai hipertensi.
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi pada seseorang yang terukur dengan nilai 130/80 mmHg atau lebih. Istilah ini juga dikenal dengan hipertensi primer atau hipertensi esensial.
Selain hipertensi primer, ada pula hipertensi sekunder yang terjadi karena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Untuk tahu lebih lengkapnya, simak ulasan tentang penyakit hipertensi primer dan perbedaannya dengan sekunder berikut ini yuk!
Gejala hipertensi primer
Hipertensi primer atau esensial adalah jenis penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Penyakit ini berkembang secara bertahap dan memakan waktu bertahun-tahun.
Mengontrol tekanan darah secara rutin diperlukan untuk orang yang memiliki hipertensi primer.
Walaupun umumnya penyakit ini tidak menunjukkan gejala atau tanda, akan lain cerita kalau kondisinya sudah semakin parah.
Sebenarnya, apa saja sih perbedaan tekanan darah orang normal dan yang memiliki hipertensi? Simak tabel berikut ini!
Tekanan Darah Normal | Tekanan Darah Abnormal (Hipertensi) |
Kurang dari 120/80 mmHg | Meningkat: Tekanan sistolik 120-129 mmHg, tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg |
Hipertensi 1: Tekanan sistolik 130-139 mmHg, tekanan diastolik 80-89 mmHg | |
Hipertensi 2: Tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg |
Nah, kalau hipertensi sudah stadium lanjut, beberapa gejala yang bisa muncul meliputi:
- Kencing berdarah (hematuria).
- Penglihatan kabur.
- Nyeri dada dan sesak napas.
- Pusing dan sakit kepala ringan.
- Kelelahan.
- Mimisan.
- Sakit kepala parah.
Jadi, sebelum hipertensi menunjukkan gejala yang semakin parah, usahakan agar kamu selalu mengontrol tekanan darah secara rutin dan terapkan pola hidup yang sehat ya!
Penyebab hipertensi primer
Hipertensi primer tidak memiliki penyebab yang pasti (idiopatik). Namun, para ahli meyakini bahwa kebiasaan tidak sehat dan keadaan tertentu bisa menjadi faktor risiko hipertensi primer, yaitu:
- Orang tua usia lanjut (usia 65 tahun ke atas).
- Diabetes.
- Makanan tinggi garam.
- Minum terlalu banyak kopi dan bentuk kafein lainnya.
- Riwayat keluarga dengan hipertensi.
- Kegemukan.
- Konsumsi minuman beralkohol berlebihan.
- Gaya hidup tidak sehat dengan minim gerak atau aktivitas fisik.
- Masalah tidur, seperti insomnia.
Pengobatan hipertensi primer
Sebelum dilakukan pengobatan, kondisi tekanan darah harus dikontrol secara rutin untuk melihat tingkat keparahan hipertensi dan gejala lain yang dirasakan.Â
Untuk tingkat hipertensi yang belum terlalu parah, sebenarnya masih dapat dilakukan perubahan pola gaya hidup yang lebih sehat, seperti:
- Rutin berolahraga minimal 30 menit sehari.
- Menurunkan berat badan jika kamu mengalami obesitas.
- Berhenti merokok.
- Batasi atau berhenti minum minuman beralkohol.
- Kurangi tingkat stres dengan melakukan kegiatan yang bersifat positif dan bisa menenangkan diri kamu misalnya meditasi, mendengarkan musik, membaca buku, dan lain-lain.
- Makan-makanan tinggi serat (vitamin dan mineral) atau konsumsi sayur dan buah, batasi konsumsi makanan tinggi garam dan lemak (daging dan makanan olahan).
- Batasi asupan kalium jika kamu memiliki masalah ginjal.
- Istirahat yang cukup.
Jika hipertensi sudah masuk dalam tahap lanjut, mungkin juga dokter akan menyarankan beberapa tes untuk mendeteksi masalah jantung dan ginjal yang akan berkaitan dengan hipertensi, seperti:
- Tes kolesterol atau profil lipid untuk menguji kadar kolesterol dalam darah.
- Ekokardiogram, penggunaan gelombang suara untuk kondisi jantung.
- Elektrokardiogram (EKG) untuk merekam aktivitas jantung.
- Tes fungsi ginjal dan organ lainnya seperti tes darah, tes urin, atau ultrasound.
Jika kondisi hipertensi harus diatasi dengan pemberian obat-obatan, beberapa jenis obat yang mungkin akan direkomendasikan dokter, yaitu:
- Beta-blocker memperlambat detak jantung, mengurangi output jantung, menurunkan tekanan darah, misalnya metoprolol (Lopressor)
- Penghambat saluran kalsium menurunkan jumlah kalsium dalam pembuluh darah, membantu jaringan otot rileks untuk meredakan penyempitan, misalnya amlodipine (Norvasc), tablet diltiazem.
- Diuretik membantu tubuh menghilangkan kelebihan air dan natrium, seperti hidroklorotiazid/HCTZ (Microzide), tablet furosemide.
- Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) membantu tubuh memproduksi lebih sedikit angiotensin (protein yang meningkatkan tekanan darah), misalnya kaptopril (Capoten).
- Penghambat reseptor angiotensin II (ARB) mencegah penyempitan pembuluh darah, misalnya losartan (Cozaar).
- Vasodilator membantu otot-otot di dinding pembuluh darah rileks sehingga memudahkan darah mengalir melaluinya.
Biaya pengobatan hipertensi primer
Meskipun dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, hipertensi juga cukup menguras dompet lho, apalagi nggak didukung dengan perubahan gaya hidup sehat, bisa-bisa hipertensi justru semakin parah.
Berdasarkan beberapa penelitian, biaya pengobatan hipertensi primer berkisar antara Rp215 ribu hingga Rp435 ribu.
Jika kamu memiliki hipertensi yang disertai dengan penyakit lain (hipertensi sekunder), biayanya bisa lebih tinggi yaitu berkisar antara Rp145 ribu-Rp930 ribu.
Jika kamu harus melakukan tes pendukung lain, mungkin juga biayanya dapat menjadi lebih besar. Jadi, tetap siapkan dana lebih sekitar 20%-30% dari perkiraan ya!
Perbedaan hipertensi primer dengan sekunder
Kebanyakan kasus hipertensi yang terjadi adalah hipertensi primer atau esensial dengan penyebab yang tidak dapat diketahui pasti (idiopatik).
Selain itu, ada pula hipertensi sekunder yang muncul karena adanya penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Nah, untuk tahu lebih jelas perbedaan antara hipertensi primer dan sekunder, simak tabel berikut ini!
Hipertensi Primer | Hipertensi Sekunder |
Diidap 90 – 95% penderita hipertensi | Diidap 5-10% penderita hipertensi |
Penyebab tidak pasti | Sebab kondisi atau penyakit tertentu |
Faktor risiko hipertensi primer: pola makan tidak sehat, stres, minim gerak, obesitas, genetik | Penyebab: penyakit ginjal, kelenjar adrenal bermasalah, Pheochromocytoma atau tumor kelenjar adrenal, Sindrom Conn karena hormon aldosteron berlebih, Sindrom Cushing karena hormon kortisol berlebih, kelenjar paratiroid terlalu aktif, fungsi kelenjar tiroid abnormal, efek samping obat-obatan juga menjadi pemicu |
Tidak menunjukkan gejala spesifik sejak awal | Gejalanya dapat berupa: berkeringat, jantung berdebar, sakit kepala, cemas, lemas dan lelah, pertumbuhan rambut abnormal, terlambat haid, muncul garis ungu di kulit perut, berat badan naik atau turun secara drastis, intoleransi panas atau dingin, mengantuk di siang hari, mendengkur |
Dapat disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat dan pemberian obat-obatan | Dapat dilakukan pemeriksaan fisik, tes darah, USG ginjal, pemeriksaan kelenjar, dan cek tensi hingga pemberian obat-obatan |
Apakah asuransi menanggung biaya pengobatan hipertensi primer?
Penyakit hipertensi primer dapat ditanggung asuransi kok.
Meskipun penyakit ini dapat dihindari dengan perubahan gaya hidup yang lebih baik, tetap saja kamu memerlukan asuransi sebagai bentuk perlindungan untuk berjaga-jaga dari biaya pengobatan yang tidak terduga.
Apalagi jika penyakit hipertensi ini berkembang menjadi tambah parah, pastinya dibutuhkan serangkaian tes, pemeriksaan, dan pengobatan yang membutuhkan dana tidak sedikit.
Jika kamu memiliki asuransi kesehatan pemerintah, yaitu BPJS Kesehatan, coba lakukan pengecekan rutin kontrol tekanan darah ke fasilitas kesehatan terdekat, misalnya saja Puskesmas.
Untuk kondisi yang lebih parah, kamu juga bisa dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki peralatan dan penanganan yang lebih lengkap seperti rumah sakit.
Namun, untuk menjalani kontrol dan pengobatan, kamu tentu juga harus rutin membayar iuran tiap bulannya ya. Harus sabar juga dengan proses administrasi atau antrean yang cukup panjang.
Kalau kamu ingin proses yang lebih mudah dalam penanganan, kamu bisa memilih asuransi kesehatan dan penyakit kritis milik swasta.
Kenapa harus penyakit kritis juga? Sebab hipertensi ini bisa menjadi pemicu atau komplikasi penyakit lainnya seperti jantung, stroke, ginjal, dan lain-lain.
Kondisi seperti itu mungkin akan menghabiskan biaya puluhan hingga ratusan juta untuk pengobatannya. Karena itulah, hipertensi primer tidak bisa dianggap sepele.
Nah, kalau kamu memilih asuransi kesehatan, kamu bisa diberikan uang pertanggungan biaya pengobatan sesuai kwitansi dari rumah sakit atau sesuai batasan perlindungan yang ada di dalam polis.
Kalau kamu mesti di rawat inap di rumah sakit, asuransi ini bisa menanggungnya. Namun, biaya pertanggungannya nggak diberikan secara tunai ya!
Kalau asuransi dengan manfaat penyakit kritis, kamu bisa diberikan uang pertanggungan sekaligus jika kamu terdiagnosis penyakit komplikasi dari hipertensi, seperti jantung, ginjal atau stroke.
Uang pertanggungannya pun akan diberikan tunai dan sekali saja.Â
FAQ
Apakah penyebab dari hipertensi primer?
Hipertensi primer tidak memiliki penyebab yang pasti (idiopatik). Namun, para ahli meyakini bahwa kebiasaan tidak sehat dan keadaan tertentu bisa menjadi faktor risiko hipertensi primer, seperti:
- Orang tua usia lanjut (usia 65 tahun ke atas).
- Diabetes.
- Makanan tinggi garam.
- Minum terlalu banyak kopi dan bentuk kafein lainnya.
- Riwayat keluarga dengan hipertensi.
- Kegemukan.
- Konsumsi minuman beralkohol berlebihan.
- Gaya hidup tidak sehat dengan minim gerak atau aktivitas fisik.
- Masalah tidur, seperti insomnia.
Apa perbedaan hipertensi sekunder dan primer?
Ada beberapa perbedaan hipertensi primer dan sekunder, yaitu:
1. Hipertensi primer
- Diidap 90-95% penderita hipertensi.
- Penyebab tidak pasti.
- Faktor risiko hipertensi primer: pola makan tidak sehat, stres, minim gerak, obesitas, genetik.
- Tidak menunjukkan gejala spesifik sejak awal.
- Dapat disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat dan pemberian obat-obatan.
2. Hipertensi sekunder
- Diidap 5-10% penderita hipertensi.
- Disebabkan kondisi atau penyakit tertentu.
- Penyebab: penyakit ginjal, kelenjar adrenal bermasalah, Pheochromocytoma atau tumor kelenjar adrenal, Sindrom Conn karena hormon aldosteron berlebih, Sindrom Cushing karena hormon kortisol berlebih, kelenjar paratiroid terlalu aktif, fungsi kelenjar tiroid abnormal, efek samping obat-obatan juga menjadi pemicu.
- Gejalanya dapat berupa: berkeringat, jantung berdebar, sakit kepala, cemas, lemas dan lelah, pertumbuhan rambut abnormal, terlambat haid, muncul garis ungu di kulit perut, berat badan naik atau turun secara drastis, intoleransi panas atau dingin, mengantuk di siang hari, mendengkur.
- Dapat dilakukan pemeriksaan fisik, tes darah, USG ginjal, pemeriksaan kelenjar, dan cek tensi hingga pemberian obat-obatan.
Apa yang dimaksud hipertensi sekunder?
Hipertensi sekunder adalah kondisi peningkatan tekanan darah yang disebabkan kondisi kesehatan lain yang mendasarinya.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan kondisi kesehatan yang melibatkan ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin pada tubuh.