Terapi Okupasi – Contoh, Biaya, dan Kapan Dilakukannya
Meskipun terlihat sepele tetapi tidak semua orang dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah. Ada beberapa kondisi di mana seseorang harus mendapatkan terapi okupasi agar bisa menjalani rutinitas pada umumnya.
Secara umum, terapi okupasi dapat dipahami sebagai sebuah prosedur yang harus dilalui pasien agar bisa memaksimalkan fungsi motoriknya guna melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.Â
Lalu siapa yang membutuhkannya dan berapa biaya terapi okupasi? Simak selengkapnya pada artikel DuitPintar kali ini.
Apa itu terapi okupasi?
Terapi okupasi adalah suatu tindakan guna memaksimalkan fungsi tubuh seorang pasien berdasarkan masalah yang dimilikinya. Biasanya, ini dilakukan karena adanya masalah pada fungsi tubuh atau masalah psikis.Â
Terapi ini ditujukan untuk memperbaiki kemampuan pasien dalam aktivitas sederhana seperti bersosialisasi, membaca atau membersihkan diri.Â
Mendasarkan program terapi pada kondisi awal pasien, terapi okupasi untuk satu pasien dengan pasien lain tentu sangat berbeda.Â
Oleh karena itu, mekanisme terapi okupasi dilakukan melalui tiga tahapan proses berikut ini.
Penilaian individuÂ
Penilaian individu yang ditujukan untuk mengetahui kapasitas individu dan target yang bisa dicapai berkaitan dengan hal tersebut. Diagnosis juga akan diberikan guna memberikan gambaran lengkap mengenai kondisi pasien.Â
Perencanaan intervensi
Setelah mengetahui kondisi pasien, pada tahapan perencanaan intervensi, dokter akan merumuskan jenis terapi yang sesuai dengan kondisi pasien.Â
Terapi okupasi ini tidak lepas dari upaya pemaksimalan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tujuan akhir dari program terapi harus dicapai melalui rencana intervensi yang paling tepat.
Proses evaluasi
Setelah tahapan sebelumnya sudah ditempuh, dokter spesialis rehabilitasi medis akan meninjau keberhasilan program dalam mencapai tujuan akhirnya.Â
Evaluasi juga dimanfaatkan untuk mengetahui apakah ada tindakan lain yang perlu diambil setelah terapi okupasi selesai.Â
Siapa yang membutuhkan terapi okupasi?
Pada beberapa kondisi, pasien akan memerlukan terapi okupasi agar memaksimalkan fungsi tubuhnya.Â
Sayangnya, pasien yang memerlukan terapi ini tidak terbatas pada umur, semua usia bisa saja berada dalam kondisi medis tertentu dan membutuhkannya.Â
Lalu siapa saja yang membutuhkan terapi okupasi?
- Anak pengidap down syndrome atau cerebral palsy
- Pasien dengan penurunan penglihatan
- Pasien yang sedang menjalani pemulihan pasca stroke atau kondisi lain seperti sklerosis
- Pasien dalam pemulihan pasca operasi bedah atau cedera
- Anak dengan autisme dan gangguan belajarÂ
- Pasien dengan gangguan intelektual
- Pasien gangguan psikologis meliputi depresi dan kecemasanÂ
- Pasien dengan penyakit alzheimer dan demensia
- Pasien dengan gangguan keseimbangan atau dispraksia
- Pasien yang memiliki masalah dengan sendiri seperti arthritis, osteoarthritis dan sejenisnya
- Pasien dalam program penanganan nyeri tertentu
- Cedera pada otak atau sumsum tulang belakang
- Gangguan sensorik
- Anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang
Kapan harus melakukan terapi okupasi?
Lalu kapankah seseorang harus melakukan terapi okupasi? Secara umum, okupasi terapi adalah tindakan yang wajib dijalani orang yang mengalami penurunan fungsi tubuh dalam kegiatan sehari-hari.
Nah, kamu dapat mencermati siapa yang memerlukannya pada pembahasan sebelumnya.Â
Jadi, ketika seseorang mengalami kesulitan menjalankan aktivitas karena fungsi motorik atau psikis yang terhambat, ia harus segera mendapatkan diagnosis medis guna mengetahui apakah terapi okupasi diperlukan atau tidak.Â
Contoh terapi okupasi
Terapi okupasi pada anak atau dewasa tentu tergantung dari diagnosis yang ditegakkan dokter sebab jenis dan tingkat keparahan tentu berbeda-beda tiap individu.
Namun secara umum, berikut adalah beberapa contoh terapi okupasi yang biasa dilakukan di rumah sakit.Â
- Upaya rehabilitasi fisik
- Terapi kognitifÂ
- Penilaian aktivitas kehidupan sehari-hari
- Pelatihan teknik alternatif dan upaya penggunaan alat bantu untuk tujuan kemandirian pasien
- Penyediaan peralatan yang berlanjut guna menciptakan kemandirian pasien setelah terapi okupasi
- Pelatihan mobilisasi sendiri serta memperbaiki ketangkasan serta daya tahan
- Pelatihan keterampilan secara spesifik
Biaya terapi okupasiÂ
Biaya terapi okupasi tergantung di mana prosedur ini dilakukan dan tingkat keparahan pada pasien. Secara umum, kamu bisa mengetahui kisaran biayanya berdasarkan informasi di bawah ini.
- Rumah Sakit Hermina Pandanaran Semarang dengan biaya mulai dari Rp156.000
- RS EMC Tangerang dengan biaya mulai dari Rp87.000
- Rumah Sakit Premier Jatinegara dengan biaya mulai dari Rp125.000
- RS Harum Sisma Medika dengan biaya mulai dari Rp150.000
- RS Ummi Bogor dengan biaya mulai dari Rp170.000
- RSIA Bina Medika Bintaro dengan biaya mulai dari Rp230.000
- MRCCC Siloam Hospital Semanggi dengan biaya mulai dari Rp260.000
- Mayapada Hospital Tangerang dengan biaya mulai dari Rp265.000
- Mayapada Hospital Jakarta Selatan dengan biaya mulai dari Rp320.000
- Mitra Keluarga Kenjeran dengan biaya mulai dari Rp330.000
- Mitra Keluarga Kemayoran dengan biaya mulai dari Rp475.000
Pentingnya asuransiÂ
Terapi okupasi adalah salah satu tindakan medis yang harus dilakukan oleh pasien dengan keadaan tertentu.
Selain terapi ini, masih banyak lagi prosedur medis di mana pasien mungkin tidak memiliki perkiraan akan kondisi kesehatannya sebelumnya.
Akibatnya, hal di luar perencanaan tersebut akan menimbulkan beberapa masalah jika pasien tidak memiliki jaminan perlindungan.Â
Padahal, hal tersebut bisa diantisipasi dengan adanya asuransi kesehatan yang menjamin berbagai tagihan rumah sakit karena masalah kesehatan.Â
Jika dibandingkan dengan mengeluarkan biaya dalam jumlah besar dalam satu waktu, tentu lebih menguntungkan bila kamu menyisihkan sebagian kecil uang tiap bulan untuk mengantisipasi biaya kesehatan yang tak terduga.Â
Selain menghindarkan diri dari berbagai risiko kesehatan, dengan memiliki asuransi, seseorang akan mendapatkan ketenangan karena adanya manfaat pertanggungan bagi dirinya dan keluarga.Â
Nah, itu tadi ulasan mengenai terapi okupasi. Terdapat berbagai kondisi seperti pemulihan pasca cedera, autisme, down syndrome dan beberapa kondisi lain yang menyebabkan seseorang harus menjalani terapi ini.
Selain itu, jangan lupa pastikan diri dan keluarga selalu memiliki jaminan perlindungan kesehatan melalui asuransi kesehatan agar terhindar dari segala risiko di masa depan.
FAQ
Apa itu terapi okupasi?
Terapi okupasi adalah sebuah prosedur yang harus dilalui pasien agar bisa memaksimalkan fungsi motoriknya guna melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.Â
Terapi ini diperlukan bagi pasien pasca cedera, pasien autisme, gangguan psikologis dan beberapa kondisi lainnya.Â
Apa itu terapi okupasi pada anak?
Tidak berbeda jauh dengan orang dewasa, terapi okupasi pada anak ditujukan untuk membantu memperbaiki masalah kognitif, sensorik serta fisik anak.Â
Pada anak, terapi okupasi difokuskan untuk melatih motorik halus, meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan serta kemampuan untuk melakukan aktivitas seperti mandi, makan dan bersosialisasi.Â
Apakah terapi okupasi dapat dilakukan di rumah?
Meskipun biasanya dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, tetapi pasien dapat mendatangkan dokter ke rumah apalagi jika ditujukan agar mengurangi risiko penyebaran Covid19.Â
Pasien dapat berkonsultasi terlebih dulu perihal layanan ini dan menjalani terapi okupasi di rumah jika sudah mendapatkan jadwal yang tepat.
Apa manfaat terapi okupasi?
Secara umum, manfaat terapi okupasi bagi anak dan orang dewasa adalah untuk meningkatkan kualitas hidup karena dengan terapi tersebut, pasien dapat menjalankan aktivitas dengan lebih baik.
Selain itu, terapi okupasi membantu pasien dengan beberapa macam fobia, hipersensitivitas (sensitif terhadap stimulasi indra tertentu) serta hiposensitivitas sensori (kurang sensitif terhadap stimulasi) dan semacamnya.Â
Apa bedanya fisioterapi dengan terapi okupasi?
Memiliki beberapa kesamaan, perbedaan fisioterapi dan terapi okupasi terletak pada fokusnya. Terapi okupasi membantu pasien untuk mandiri dalam melakukan aktivitas harian.Â
Sementara itu, fisioterapi berfokus untuk memperbaiki fungsi gerak tubuh & mobilitas sehingga digunakan dalam pemulihan cedera.