Biaya Melahirkan dengan Vakum, Proses, hingga Risikonya
Biaya melahirkan dengan vakum pada dasarnya tak jauh beda dengan biaya persalinan normal pada umumnya.
Hanya saja, persalinan dengan menggunakan vakum ini bedanya ada pada alat yang dipakai saat mengeluarkan bayi dari perut sang ibu. Di mana alat ini digunakan untuk menarik kepala bayi bersamaan dengan saat terjadinya kontraksi.
Pada kondisi tertentu terutama saat darurat atau terdapat suatu hambatan, persalinan dengan bantuan vakum biasanya akan dilakukan untuk membantu melancarkan proses persalinan normal.
Lantas, berapakah biaya melahirkan dengan vakum? Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Biaya melahirkan dengan vakum berapa?
Pada dasarnya biaya persalinan dengan vakum tak jauh berbeda dengan biaya melahirkan normal tanpa bantuan tindakan apa pun.
Sebagai acuan, biaya melahirkan normal dengan tindakan vakum di RSAB Harapan Kita, dibagi berdasarkan kategori kelas kamar. Untuk estimasi biayanya yaitu:
- Kelas III: Rp8.000.000
- Kelas II: Rp11.000.000
- Kelas I: Rp13.000.000
- Kelas VIP B: Rp17.000.000
- Kelas VIP A: Rp20.500.000
Perlu diketahui, biaya itu dihitung secara total, termasuk di antaranya biaya obat dan administrasi kamar perawatan. Biaya itu juga bisa berubah tergantung dengan tipe rumah sakit yang kamu pilih.
Sementara, terkait dengan biaya melahirkan dengan vakum BPJS akan menanggungnya.
Persalinan vakum artinya?
Kamu perlu tahu, vakum dalam dunia persalinan merupakan alat penghisap yang membantu mempercepat kelahiran bayi. Dengan menggunakan alat ini, kepala bayi akan ditarik bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Dalam kondisi darurat, beberapa dokter memang cenderung memilih persalinan normal dengan bantuan vakum maupun forceps karena lebih cepat dibandingkan operasi caesar.
Biasanya, persalinan vakum dilakukan jika ibu mulai kehabisan tenaga untuk mengejan. Selain itu, tindakan ini hanya dilakukan jika kepala bayi telah turun lebih rendah di jalan lahir.
Kondisi lain melahirkan secara vakum adalah jika ibu mengalami hipertensi (preeklamsia).
Persalinan vakum sendiri dilakukan menggunakan alat yang disebut dengan vakum ekstraktor. Vakum ekstraktor adalah instrumen medis yang digunakan sebagai alat bantu untuk menarik bayi keluar dari vagina dalam proses persalinan.
Dokter biasanya akan membantu persalinan dengan ekstraksi vakum apabila bayi sulit dilahirkan secara normal tanpa alat bantu.
Perangkat vakum ekstraktor memiliki bentuk yang menyerupai mangkuk dan terbuat dari bahan plastik (soft cup). Namun, ada juga vakum yang terbuat dari bahan logam (metal cup). Alat ini dilengkapi dengan pompa vakum yang digunakan untuk menarik bayi.
Vakum ekstraktor terdiri dari dua jenis, yaitu vakum yang menggunakan tenaga manusia dan vakum dengan tenaga mesin. Namun, cara penggunaannya kurang lebih sama.
Alat ini digunakan dengan cara menempelkan cup vakum ekstraktor ke permukaan kepala bayi saat mulai terlihat keluar dari vagina.
Bagaimana proses melahirkan dengan cara vakum?
Setelah mendapatkan persetujuan dari ibu, dokter akan mulai melakukan prosedur pemvakuman. Seperti halnya ketika melahirkan normal, ibu akan diminta untuk berbaring dengan posisi kedua kaki terbuka lebar.
Jika perlu, dokter mungkin akan melakukan episiotomi untuk memperlebar jalan lahir. Dengan begitu bayi bisa dikeluarkan secara lebih mudah.
Ketika vakum sudah berada di kepala bayi, dokter akan meminta ibu untuk mengejan saat merasakan kontraksi.
Jika setelah disuntik epidural dan ibu tidak kunjung merasakan kontraksi, maka dokter yang akan memberikan isyarat.
Saat itulah, dokter akan menggunakan pompa vakum dan menarik bagian bawah vakum, sehingga kepala bayi akan tertarik keluar.
Agar lebih kuat dan bertenaga saat melakukan kontraksi, ibu dapat memegang kedua sisi tempat tidur.
Setelah kepala bayi sudah tampak di jalan lahir, dokter akan memasukkan alat vakum ekstraktor ke dalam vagina dan menempelkannya ke kepala bayi. Selanjutnya, pompa vakum diaktifkan agar penarikan bisa dilakukan dan bayi dapat segera keluar.
Setelah kepala bayi berhasil dikeluarkan, dokter kemudian akan melepaskan alat vakum ekstraktor dari kepala bayi dan menarik tubuh bayi keluar dari vagina.
Akan tetapi, bila dalam tiga kali upaya penarikan dengan ekstraksi vakum bayi belum bisa dikeluarkan, dokter mungkin akan mempertimbangkan penggunaan alat bantu lain, yaitu forceps atau melahirkan bayi dengan operasi caesar.
Risiko melahirkan dengan vakum
Saat melahirkan, semua ibu pasti memilih persalinan normal ketimbang dengan cara lain, salah satunya adalah penggunaan vakum.
Perlu kamu ketahui, persalinan dengan bantuan vakum dapat menyebabkan trauma fisik lebih banyak bagi ibu dan bayi ketimbang persalinan dengan cara operasi caesar.
Berdasarkan penelitian, bayi dapat mengalami trauma fisik yang parah 5-10 kali saat persalinan normal dengan bantuan vakum dibandingkan operasi caesar.
Trauma tersebut seperti pendarahan otak, palsi yang menyebabkan kerusakan permanen, dan kerusakan parah pada limpa atau hati.
Sementara bagi sang ibu, metode persalinan dengan menggunakan vakum juga memicu trauma melahirkan yang lebih besar di saluran vagina.
Selain itu, luka pada sendi panggul atau organ serta dapat menyebabkan pendarahan setelah melahirkan dibandingkan dengan operasi caesar.
Agar tidak salah, yuk, cermati beberapa risiko dan efek samping dari penggunaan vakum saat persalinan:
1. Bengkak dan memar
Penggunaan vakum saat persalinan berpotensi menimbulkan bengkak dan memar pada lapisan kepala bayi. Apalagi jika sedotan vakum terlampau kuat.
2. Anemia
Jika saat proses persalinan dengan vakum ibu mengalami perdarahan hebat pada jalan lahir, maka hal tersebut bisa menyebabkan anemia dan mengakibatkan kondisi semakin buruk.
Karena itu, sejak masa hamil hingga menjelang persalinan, ibu sangat disarankan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi.
3. Vagina robek
Pemasangan alat vakum juga wajib dilakukan dengan teliti. Pastikan pula tidak ada organ yang terjepit, seperti vagina. Karena jika terjepit dan tertarik, hal ini bisa menyebabkan robeknya pada vagina.
4. Anus robek
Selain berisiko merobek vagina, pemasangan vakum yang tidak tepat juga berpotensi buruk pada anus. Bagian anus bisa saja robek akibat tarikan alat vakum.
5. Infeksi
Risiko infeksi bisa juga berpotensi terjadi setelah dilakukannya episiotomi. Infeksi ini biasanya kamu rasakan dengan gejala sakit pada bagian sendi panggul.
Pentingnya memiliki asuransi
Dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari, kamu pasti akan mengalami risiko yang tak pernah diduga. Kala risiko itu terjadi, tidak jarang pengaruhnya cukup besar pada keuangan pribadi.
Contohnya, saat kamu sakit. Ketika sakit dan membutuhkan perawatan serta pengobatan, kamu perlu mengeluarkan biaya untuk dapat mengakses keduanya.
Biayanya mungkin tidak besar bila sakit yang kamu derita termasuk ringan. Namun, bila hal sebaliknya yang terjadi, asuransi kesehatan tentu akan berperan besar dalam membantu melunasi seluruh biaya yang diperlukan.
Begitu juga saat melahirkan. Jika tidak bisa melahirkan secara normal dan membutuhkan tindakan lebih lanjut, asuransi yang mengcover persalinan tentunya bisa sangat berguna dan membantu meringankan pengeluaran kamu.
Sebab, besarnya biaya yang kamu keluarkan nantinya akan ditanggung oleh asuransi. Itulah sebabnya penting bagi kamu untuk memiliki asuransi, baik itu asuransi kesehatan, jiwa, atau pun asuransi kendaraan.
FAQ
Apa itu persalinan dengan ekstraksi vakum?
Persalinan yang dilakukan dengan alat bantu berupa vakum. Alat ini digunakan saat sang ibu mengalami kendala dalam persalinan normal, sedangkan bayi sudah mulai terlihat di jalan lahir.
Kenapa bayi divakum saat lahir?
Bayi divakum saat lahir ketika sang ibu mulai kehabisan tenaga untuk mengejan.
Apa efek bayi lahir divakum?
Efek samping yang biasanya dialami oleh bayi saat dilahirkan dengan menggunakan vakum adalah terjadinya memar pada lapisan kulit kepala.
Berapa biaya induksi melahirkan BPJS?
Biaya induksi melahirkan berkisar antara Rp225.000 hingga Rp8 juta. Jika masih ditangani oleh Fasilitas Kesehatan (Faskes) I, biaya tersebut bisa ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan.